Rabu, 24 Juni 2015

Evaluasi Performa Andragogi Kelompok 3

“Cyberbullying”


Oleh:
Kelompok 3
Bullying adalah fenomena yang kerap terjadi & tidak asing lagi di telinga kita. Ada beberapa jenis bullying. Salah satunya adalah cyberbullying.  Jenis bullying ini masih kurang commonbagi orang Indonesia dan bahkan beberapa dari kita belum mengetahui seperti apa cyberbullying itu. 

Kurangnya pengetahuan mengenai cyberbullying berdampak pada terjadinya cyberbullying dengan intensitas yang cukup tinggi. Pada awal tahun 2015, muncul berbagai cercaan terhadap Haji Lulung melalui meme yang tersebar di jejaring sosial, mulai dari facebook, youtube, instagram, bahkan path. Haji Lulung menyatakan ketidaksenangannya atas 'lucu-lucuan' tentang dirinya yang beredar di dunia maya pada salah satu stasiun televisi Indonesia dalam suatu acara outdoor talk show. Selain Haji Lulung, Brigadir Dewi Sri Mulyani dengan kalimat"disitu kadang saya merasa sedih" juga menjadi bahan tertawaan masyarakat Indonesia. Ia menyatakan kekecewaannya terhadap gambar-gambar dan video yang diedit sedemikan rupa yang beredar di jejaring sosial melalui suatu acara talkshow di salah satu stasiun televisi Indonesia.

Cyberbullying bersifat subjektif. Walaupun demikian, kita dapat mempelajari, mengenali, dan peka terhadap hal ini. Pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik proyektif. Pembelajaran dengan teknik proyektif dapat menjaga self-esteem seseorang. Melalui teknik proyektif, fasilitator menyajikan cerita lewat ilustrasi gambar dan video yang diakhiri dengan sesi diskusi. Pada sesi diskusi, peserta didik mengungkapkan perasaannya, tata nilai, keinginannya atau apa yg ingin dilakukan (insight) sesudah mendapatkan novel knowledge mengenai cyberbullying.

Teman-teman terdekat menjadi sasaran pembelajaran ini dengan harapan bahwa mereka selanjutnya akan menjadi agent of change. Harapan kecil yang kami inginkan pada keenam orang teman terdekat ini adalah dapat mencegah cyberbullying atas dirinya dan atas orang lain, juga dapat mengatasi masalah apabila suatu ketika ia menjadi korban cyberbullying. Harapan yang lebih besar adalah mereka bisa membagikan pengetahuan tersebut kepada orang-orang disekitarnya dan mampu mengontrol diri untuk tidak melakukan cyberbullying. Dampak dari pembelajaran yang mungkin akan dirasakan oleh peserta didik apabila ia pernah menjadi korban bully adalah bahwashe's not alone. Ada orang lain yang pernah menjadi korban bullying juga. Peserta didik ini dapat melihat bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap korban cyberbullying, ada orang-orang yang berusaha mencegah cyberbullying. Hal ini mungkin dapat memberikan sedikit kelegaan untuknya dan mencegahnya untuk mem-bully orang lain karena beberapa korban bullying dinyatakan berpotensi balik melakukan bullying terhadap orang lain, membalaskan apa yang pernah ia rasakan.

Teman-teman terdekat diajak menjadi peserta didik tidak hanya berdasarkan kepraktisan tetapi juga atas kepedulian kelompok terhadap pengalaman yang kami dengar dari beberapa peserta didik dan beberapa anggota kelompok yang pernah menjadi korban bullying dan pelaku bullying. Waktu dan tempat pelaksanaan di Lantai II Gedung C Fakultas Psikologi dipilih berdasarkan hasil diskusi kelompok 3 dengan peserta didik karena pertimbangan cuaca dan udara yang cukup panas pada saat itu. Peserta didik menginginkan kenyamanan saat proses berlangsung, maka dari itu mereka memilih untuk duduk di lantai gedung dan beberapa kali jeda untuk merenggangkan badan dan urusan ke belakang. Kelompok menyediakan minuman teh dalam kemasan, masing-masing mendapat satu agar peserta tidak kehausan. Peralatan yang akhirnya kami pergunakan saat pelaksanaan adalah sebuah laptop dan dua kamera smart phone untuk merekam dokumentasi dari dua sisi, depan dan belakang peserta didik. 
Dari hasil diskusi di akhir sesi, seorang peserta didik yang merupakan korban bullying yang kemudian menjadi pelaku bullying menyatakan bahwa ia merasa kasihan pada Amanda Todd yang berjuang untuk menghapuskan cyberbullying terhadapnya dan kemudiaan ditemukan tewas di kamar apartemennya setelah beberapa kali percobaan bunuh diri. Ia mengatakan bahwa seharusnya teman-teman sekolah Amanda Todd berhenti melakukan cyberbullying, menghapus gambar tersebut dari media sosial, dan membantunya untuk bangkit setelah Amanda Todd menyatakan bahwa ia depresi. Peserta didik yang lain menyatakan bahwa kenapa orang-orang disekitar Amanda Todd itu tidak dapat membantu, tidak dapat mencegah Amanda Todd untuk bunuh diri lagi, atau membawanya ke psikiater atau psikolog untuk terapi atau diberikan penanganan. Seharusnya ada yang bisa yang bisa membantu dari sekian banyak orang disekitarnya, minimal sahabatnya sendiri atau keluarganya. Peserta didik yang lain juga ikut mengungkapkan bahwa pembelajaran ini bermanfaat bagi mereka yang sebelumnya tidak tahu bahwa 'lucu-culuan' ini termasuk cyberbullying, bagaimana perasaan mereka, menceritakan keadaan tokoh-tokoh yang ditayangkan dalam video, dan apa yang dapat mereka lakukan setelah ini seperti lebih aware apabila mengetahui adanya cyberbullying atau tanda-tanda terjadinya cyberbullying terhadap seseorang disekitarnya. Selanjutnya mereka dapat membantu teman-temannya atau keluarganya apabila menjadi korban cyberbullying. Salah satu peserta didik yang pernah menjadi korban cyberbullying menyatakan bahwa tokoh animasi tersebut akhirnya mengatasi masalahnya dengan bantuan keluarganya. Ia menyatakan bahwa seorang korban cyberbullying ternyata seharusnya menceritakan pada orang terdekatnya, misalnya abang atau sahabatnya.



Pembagian Tugas

a. Pra-Pelaksanaan
Perencanaan:  Seluruh an
Menyusun prosedur pelaksanaan:  Yunike, Flora, Utary
Mencari video:  Renita, Flora
Mencari gambar:  Utary
b. Pelaksanaan
Presenter:  Renita, Gianne, Yunike
Dokumentasi:  Flora, Yunike, Utary
Operator laptop :   Utary
(sambil menjelaskan isi video)

c. Presentasi
Video Editor:  Yunike
Ice Breaker:  Renita, Yunike, Gianne
Presenter: Utary, Gianne
Operator laptop: Flora
(sambil menjelaskan video)
Menanggapi Audience:  Gianne, Renita, Flora, Utary, Yunike



Pertanyaan & Tanggapan dari Audience Kelas Andragogi
  • Rini  (13-066)
P :  Kalau dengan stand up comedy, biasanya kan komiknya suka menghina  atau mentertawakan orang juga. Di slide apabila sebagai pendidik, lalu gimana caranya kalo mau ngasih tau ke sepupu untuk mencegah cyberbullying?
T : Kita meskipun bukan sebagai pendidik, kita juga harus menjelaskan perbedaaan antara humor dan sarcasm. Stand up comedy salah satunya. Misalnya ada saudara kita yang merasa dibully dan susah mengutarakan perasaannya, bisa memakai cara seperti stand up comedy (mengutarakan pendapat tanpa membuat orang lain tersakiti).
  • M. Saif  (12-027)
P :  Gimana kita tahu dia ngerasa dibully/ tidak?
T : Dari video yang kami tampilkan, disitu di tampilkan bahwa orang yg merasa di bully akan lebih banyak terlihat sendiri daripada berkumpul dengan orang lain dan juga dia akan terlihat murung atau sedih. 

  • Agita  (13-044)
P :  Kenapa videonya kebanyakan lebih tentang respon audience daripada untuk audience di kelas?
T :  Karena itu pendekatan teknik proyeketif  jadi kami menampilkan video kepada audience tentang cyberbully yang menjadi trending topic di kalangan anak muda yang aktif menggunakan social media, dengan menampilkan video kami ingin membuat perubahan kepada teman audience yang menjadi pelaku cyberbully atau yang menjadi korban cyberbully. Kami berhdapa audience menjadi agent of agency untuk mengubah perilaku cyberbully yang dapat menyakiti orang lain.

  • Indri  (12-011)
P : Gimana kalau teman kita gak punya power untuk mengatakan kalo mereka itu tersakiti karena cyberbullying?
T : Kita sebagai orang yang sudah mengetahui ciri-cirinya atau tanda-tandanya sebaiknya menanyakan secara langsung dan membantunya seperti tips-tips yang kami bagikan tadi. Dan kita juga bisa membagikan apa yang kita ketahui ini pada orang lain agar orang ini juga dapat mengetahui tanda-tanda terjadinya cyberbullying disekitar mereka dan mereka dapat membantu orang lain lagi.

  • Livi  (12-002)
P : Konsepnya sangat bagus. Videonya kurang lebar dan suara spekernya kurang besar. Materinya bagus, sesuai dengan mahasiswa yang menggunakan internet. Gimana kalo Dijah Yellow & Syahrini? Dia kan senang-senang aja, malah mencari popularitas dari situ. Gimana sebenarnya konsep cyberbullying itu?
T : Cyberbullying sebenarnya tergantung persepsi subjek. Jika subjek tidak merasa dihina/dibully di sosmed maka itu bukan cyberbullying. Contohnya seperti Dijah Yellow dan Syahrini. Mereka memang tidak menganggap komen-komen orang di instagram mereka sebagai hinaan. Mereka malah memanfaatkan itu untuk membuat mereka tenar.
  • Firman  (13-088)
Saran :  Konsepnya bagus, seharusnya dilaksanakan di kelas besar saja karena informasinya juga penting untuk kita semua.

NB: 
P=PERTANYAAN/PERNYATAAN
T=TANGGAPAN

Dokumentasi





Demikian hasil kerja kelompok kami. Kami berterima kasih kepada semua teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam proses pengerjaan tugas ini dan yang sudah memberikan tanggapan pada hasil kerja kelompok ini serta dosen yang telah memeberikan masukan yang membangun.

Rabu, 18 Maret 2015

KONSEP PERFORMA PEMBELAJARAN METODE PROYEKTIF


“Cyberbullying”

Oleh:
Kelompok 3


Teknik Proyektif
Teknik proyektif adalah teknik pembelajaran yang menggambarkan suatu masalah melalui cerita, cerita bergambar, sandiwara, dengan berbagai media untuk menggali dimensi permasalahan-permasalahan tersembunyi yang ada pada peserta didik.  Informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat diperoleh melalui diskusi, wawancara, atau konsultasi dengan para ahli. Peserta didik berperan di akhir cerita. Mereka mendiskusikan perilaku dan motivasi tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Dengan mendiskusikannya, peserta didik dapat mengungkapkan perasaan-perasaannya, tata nilai, dan sebagainya.

Topik: Cyberbullying
Cyberbullying adalah kekerasan dalam bentuk teks atau pesan instan yang bersifat kasar dan menghina seseorang di media sosial. Menurut wikipedia, cyberbullying adalah penggunaan teknologi informasi untuk menyakiti orang lain secara berulang-ulang dengan sengaja. Cyberbullying itu dapat dibatasi dengan memposting rumor atau gosip tentang seseorang di internet dan mengandung sifat kebencian dalam pemikiran orang yang melakukan cyberbullying; atau juga dapat diperluas dengan mengidentifikasi korban secara personal dan mempublikasikan material sesorang dengan tujuan menfitnah dan mempermalukan orang tersebut.
Cyberbullying dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi  informasi  dan komunikasi untuk mendukung hostile behavior yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok untuk menyakiti orang lain. Menggunakan internet dan mobile technology seperti web page dan grup diskusi atau SMS dengan tujuan menyakiti orang lain. Menyakiti seseorang dalam cyberbullying ada dua cara, yaitu : cyberstalking atau cyberharassment yang dilakukan orang dewasa terhadap orang dewasa. Cyberstalker bertindak di forum publik, media sosial , atau situs-situs informasi online dan bertujuan untuk mengancam penghasilan, pekerjaan, reputasi, atau keamanan korban. Beberapa pelaku dapat mempublikasikan foto korban atau foto korban yang sudah di edit beserta penjelasan gambar yang menfitnah atau memasang wajah korban dengan tampilan tubuh yang telanjang.  Cyberbullies dapat menunjukkan data pribadi korban (nama asli, alamat rumah atau tempat kerja/ sekolah) di website atau forum atau bisa menggunakan peniruan, menciptakan akun palsu, tempat mengutarakan komentar-komentar atau sikap sebagai   target mereka untuk tujuan mempublikasikan material dalam nama mereka yang memfitnah, mencemarkan nama baiknya, atau mempermalukan mereka. Pelaku seringkali tidak menyebutkan nama mereka atau anonim sehingga seringkali pelaku tidak diketahui dan tidak dapat di proses dengan hukum. Cyberbullying dapat terjadi setiap waktu. 

Why?
Topik ini diangkat karena akhir-akhir ini marak terjadi cyberbullying di sekitar kita. Tujuannya adalah  membuat peserta didik sadar bahwa cyberbullying merupakan suatu hal yang melanggar norma sosial dan norma hukum yaitu UU ITE Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ menstransmisikan dan/ membuat dapat diaksesnya informasi dan/ dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ pencemaran nama baik dan Pasal-pasal KUHP yang mengatur tentang cyberbullying yang tercantum dalam Bab XVI mengenai penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2). Pembelajaran ini ditujukan pada mahasiswa di Fakultas Psikologi USU. Peserta didik diharapkan lebih memahami dampak negatif dari cyberbullying.

Dampak psikologis dari cyberbulling adalah:
  1. Tidak bersemangat melakukan kegiatan yang tadinya disukai
  2. Enggan berangkat kerja atau atau sering menjadi membolos
  3. Susah tidur atau mimpi buruk
  4. Mudah merasa takut
  5. Tidak percaya diri
  6. Muncul keinginan membully sebagai bentuk balas dendam
  7. Social phobia
  8. Bullyside: bunuh diri karena tertekan secara mental.

Media/Sarana belajar: alat pandang dengar  (Video dari youtube, gambar dari sosial media)

Prosedur
Model rancangan belajar adalah model peran dengan jenis satuan kegiatan pertemuan umum.

Prosedur pembelajaran:
  1. Pembukaan
  2. Cerita
  3. Menampilkan foto-foto
  4. Menampilkan video
  5. Diskusi.

Sumber:
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying" http://en.m.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying
http://m.kompasiana.com/post/read/527409/3/aspek-hukum-dan-pencegahan-cyber-bullying.html http://m.kompasiana.com/post/read/527409/3/aspek-hukum-dan-pencegahan-cyber-bullying.html
http://www.infopsikologi.com/bullying-itu-kejam-ketahui-dampaknya-sekarang/ http://www.infopsikologi.com/bullying-itu-kejam-ketahui-dampaknya-sekarang/
Arif, Zaainudin. 2012. Andragogi. Bandung: Angkasa.

Rabu, 07 Januari 2015

Revisi Konsep Performa Kelompok 1


Konsep Performa Kelompok 1 adalah membuat karya Pop Up berbentuk buku yang berisis gambar-gambar menarik. Buku ini terbuat dari kertas biasa dan kertas karton.
Anggota Kelompok
Dipostingan awal kami sudah memaparkan singkat mengenai Pop dan mengkaitkan dengan teori 4P dalam proses menentuaan jenis performa apa yang akan kami tampilkan hingga sampai ke produknya. Pastinya produk Pop-Up  yang kami buat tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak proses selama pembuatan Pop-Up tersebut. Untuk itu kami disini akan berbagi proses pembuatan Pop-Up dari kelompok 1
1.    Pertama kami mencari gambar apa yang akan kami buat didalam Pop-Up kami, kami menentukan gambar-gambar yang kami sukai dan terlihat cocok untuk dibuat di Pop-Up kami.


2.    Setelah gambar di tentukan kami juga mempersiapkan barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan Pop-Up karena yang akan dilakukan adalah mengunting, menlem serta menghias Pop-Up dengan pensil warna
Barang-barang yang diperlukan adalah:
a)    Cutter
b)    Gunting
c)    Lem
d)    Pinsil
e)    Kertas Padi satu kajang
f)     Kertas Concorde
g)    Pita (warna disesuaikan) untuk menghias Pop-Up yang sudah jadi
h)    Gambar-gambar yang telah kita pilih tadi
3.    Setelah semua perlengkap ada, kami memulai membuat nya. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengunting gambar karena semua gambar-gambar didalam satu kertas yang di print. Ada juga bagian yang harus di disain sendiri yakni, tust piano yang harus dikreasikan sendiri oleh salah seorang anggota kelompok.
4.    Selanjutnya kami menempel gambar-gambar tersebut. Karena Pop-Up ini terdiri dari 3 halaman maka kami memulai satu persatu di halaman yang pertama kami membuat gambar. Gambar direkatkan dengan lem dan dibuat kertas sebagai penyangganya agar gambar terlihat berdiri.  Proses ini juga sama untuk pembuatan pada halaman kedua dan ketiga.
Tampilan halaman pertama
Tampilan halaman kedua
Hambatan-Hambatan dalam membuat Pop Up Card
          Menjadi kreatif bukanlah mudah. Mungkin ketika awalnya kita melihat karya tangan yang sederhana ini, kita merasa mudah untuk melakukannya. Itulah awal yang kami rasakan ketika menyiapkan segala sesuatunya, namun ternyata ini tak semudah yang kita bayangkan. Berikut hal-hal yang menjadi hambatan bagi kami dalam membuat Pop Up Card ini :
·         Kami ada kesulitan dalam pembuatan tema. Kami memiliki pemikiran-pemikiran sendiri dengan tema masing-masing. Salah satu dari kami mengatakan membuat sebuah kartu romantic, kartu wisuda, kartu dongeng, dan kartun. Ini hal yang membingungkan bagi kami untuk memulainya. Namun dengan diskusi kami pun memutuskan untuk membuat kartu romantic, yaitu kartu anniversary.
·         Dalam pemilihan gambar, yang paling sulit adalah pemilihan background. Kami banyak memilih background, namun hanya beberapa yang dapat sesuai dengan gambar-gambar yang akan ditempelkan.
·         Begitu juga saat membuat kertas penyangga untuk membuat gambar tersebut berdiri. Kertas itu harus disesuaikan sedemikian rupa agar tidak begitu kelihatan dan rapi sehingga cantik kelihatannya.
Begitulah hambatan-hambatan yang kami rasakan selama pembuatan Pop Up Card ini, namun selebihnya kami sangat menikmati setiap prosesnya. Baik itu dalam menjadi kreatif maupun menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan teman satu tim. Kami sungguh sangat berterimakasih kepada dosen pengampu yang memberikan kami tugas ini bukan hanya mengajarkan kami menjadi kreatif namun pentingnya menyatukan pemikiran satu tim dengan mempertimbangkan segala sesuatunya sehingga tidak memaksakan kehendak sendiri.
Selamat mencoba dan selamat berkreasi sobatJ

Selasa, 30 Desember 2014

Teori Albert Ellis dan Kondisi Psikologis Keluarga Korban Air Asia QZ 8501








Awalnya, sebelum menuliskan artikel ini, saya merasa sangat bingung apa yang akan dibahas dan apa yang menjadi contoh kasus. Saat memeriksa handphone dan membuka akun sosial media saya, siang hari pada 28 Desember, Indonesia dikejutkan oleh hilangnya pasat Air Asia QZ 8501 hilang kontak dengan kontrol lalu lintas udara pada pukul 07:24 tanggal 28 Desember pagi dan telah ditemukan beberapa bagian pesawat dan jenazah penumpang pesawat tersebut. Ketika membaca berita tersebut dalam beberapa website, saya juga melihat respons dari masyarakat dalam kolom komentar. Hampir semua responnya adalah mendoakan agar pesawat ataupun serpihannya ditemukan maupun keluarga yang menunggu di Bandara Juanda, Surabaya termasuk keluarga saya di rumah.
Tanggapan keluarga saya mengenai peristiwa ini, terutama Kakek dan Nenek saya beranggapan bahwa ada kaitan kuasa Tuhan dan banyak di sosial media beranggapan seperti ini juga. Contohnya, ada artikel yang memuat cerita tentang 10 penumpang yang batal terbang karena terlambat dan Keluarga korban histeris)
Nah bahasan kali ini adalah analisa kasus beberapa penumpang Air Asia (sumber dari surat kabar elektronik) yang akan dibahas menurut pandangan Limited Domain Psychology, oleh Albert Ellis.


Model of Emotional Disturbance
Menurut Albert Ellis membangun konsep ABCDE (dasar dari REBT) yang pada awalnya terbangun dari 3 pilar yang membangun tingkah laku individu (ABC), yaitu:

Antecedent Event (A)
adalah Peristiwa apapun yang terjadi

Irrational Belief (B)
Kepercayaan atau keyakinan yang irasional tentang Event yang terjadi di “A”
 Manusia memiliki 2 sistem berpikir:
1.      Rasional (sistem berpikir seseorang yang tepat, masuk akal, bijaksana)
2.      Irasional (sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,dan cenderung emosional)

Emotional Consequence of Irrational Belief (C)
Konsekuensi yang secara emosi tentang kepercayaan irasional.

Dispute (D)
Usaha untuk membantah segala kepercayaan irasional. Menggantikan/mengubah perasaan negatif ataupun pemikiran yang tidak realistis menjadi lebih rasional sehingga dapat membuat penilaian yang sesuai atau tepat untuk masalah situasi tersebut.

Psychological Effect (E)
Efek psikologis yang baru. Hasil pemikiran yang lebih beralasan (rasional) tentang peristiwa yang asli atau perubahan interpretasi seseorang terhadap sebuah situasi.



 Kembali ke kasus
untuk teman-teman yang ingin membaca lebih lengkap, saya sertakan linknya




Mari kita geledah kasusnya!


Kasus 1

Dalam kejadian telatnya 10 penumpang (satu keluarga) saat ingin check in di Bandara penerbangan AirAsia. Kejadian keterlambatan adalah A. Awalnya penumpang tersebut kecewa dan sempat marah (emosi kecewa dan sempat marah merupakan C)  karena merasa tidak ada pemberitahuan tentang perubahan jadwal penerbangan AirAsia. (sedangkan merasa tidak adanya pemberitahuan disebut B; karena tidak mungkin suatu penerbangan akan berubah jadwal tanpa pemberitahuan)
nb: Saya tahu akan hal ini karena sering memakai jasa angkutan udara hehehe :D
lanjut!
namun ternyata pihak AirAsia tersebut menjelaskan bahwa sudah ada pemberitahuan lewat email dan nomor telepon dua hari sebelum keberangkatan. Setelah dijelaskan alasan dari pihak AirAsia, penumpang tersebut tidak mempersoalkan masalah tersebut (yang menjadi D di sini adalah ketika penumpang tersebut sudah berpikir dengan rasional karena pihak AirAsia ternyata sudah memberitahuan perubahan jadwal penerbangan tersebut). Akhirnya, pada hari itu terdengarlah kabar bahwa pesawat yang nyaris di tumpanginya itu hilang. Akhirnya mereka sekeluarga mengambil hikmah dari kejadian tersebut dan merubah persepsinya terhadap situasi terlambat tersebut bahwa ada pekerjaan tangan Tuhan untuk keluarga mereka. Hal ini yang menjadi E.



Kasus 2

Peristiwa kedua berasal dari keluarga korban hilangnya pesawat AirAsia yang adalah seorang ayah dari salah satu penumpang pesawat tersebut. Setelah tersiar berita tentang ditemukannya serpihan pesawat tersebut (ini adalah A), pria tersebut pingsan karena tidak kuasa menahan kesedihan. (respon emosi terhadap kepercayaan yang belum diyakini secara rasional ini adalah C) . Lalu ibu Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, mencoba menenangkan bapak tersebut. Disisi lain ada seorang bapak yang marah karena wartawan meliput gambar istrinya saat mereka sedang berduka karena berita malang AirAsia tersebut (ini juga C). Bukan hanya mereka saja, namun juga ada satu pria yang juga merupakan orang tua dari salah satu penumpang itu, ia awalnya meyakinkan diri bahwa itu bukan serpihan pesawat , yang dimana adalah B. Setelah itu ia menyadari itu salah setelah melihat tayangan televisi yang menayangkan jenazah yang terapung di laut yang adalah D
Lalu dimana letak E pada kasus kedua? Pada kasus kedua pasti akan terdapat Efek Psikologis namun kita belum tahu apakah akan menjadi positif atau negatif? atau lebih kepada berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjadi efek positif?. Tapi yang bisa kita lakukan adalah turut mendoakan keluarga korban agar diberi kekuatan dalam situasi ini.



Terima kasih pembaca sekalian. Jika ada kritik dan saran yang membangun tolong beri di kolom komentar ya, karena
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi”
Proverbs 27:5.


Sumber Bacaan: