Minggu, 13 April 2014

Alkitab dalam kehidupan sehari-hari



Agama Kristen adalah agama penyataan                                                                                
Agama Kristen disebut sebagai agama penyataan karena agama ini didasarkan pada penyataan Allah tentang diri-Nya, manusia dan hubungan antara Allah dengan manusia. Dalam agama ini diyakini bahwa konsep mengenai Allah bukan berasal dari pemikiran manusia sendiri karena kemampuan manusia terbatas.
Ada dua macam penyataan yaitu penyataan secara umum dan penyataan secara khusus.
a.       Penyataan secara umum ialah penyataan Allah kepada semua manusia tanpa terkecuali. Allah menciptakan manusia sedemikian rupa sehingga ada kesadaran religius dalam dirinya. Lewat karya penciptaan, sejarah kehidupan manusia, dan hati nurani manusia tersebut, manusia itu dapat menyadari adanya Allah dan membedakan yang baik dan buruk. Namun kesadaran ini tidak dapat disebut sebagai pengenalan Allah yang berarti manusia tak mungkin mengenal Allah dengan benar.
b.      Manusia membutuhkan pengenalan lain untuk mengenal Allah melalui penyataan khusus, yaitu penyataan Allah secara khusus kepada manusia sejak manusia jatuh ke dalam dosa, misalnya melalui hukum taurat, kesaksian para nabi, terutama lewat anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus. Penyataan ini bisa diberikan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun penglihatan, terutama dapat dikenali melalui kesaksian yang tertulis dalam Alkitab.
Perbedaan agama Kristen sebagai agama penyataan dengan agama-agama non penyataan yaitu pengenalan akan Allah namun hanya melalui penyataan yang berbentuk tulisan, misalnya pada kitab suci dan dapat diterima dengan akal manusia. Sedangkan dalam agama Kristen sebagai agama penyataan, karena yang utama dari penyataan-penyataan Allah dalam agama Kristen dapat dikenali oleh Alkitab dan melalui ciptaan-Nya serta tidak dapat diukur oleh akal manusia, karena penyataan-penyataan itu melampaui akal manusia karena Allah memberi penyataan yang tidak terbatas. Maka dari itu penyataan-penyataan Allah harus kita terima dengan mata iman.

Proses pengilhaman Alkitab
Alkitab disebut Firman Allah karena segala yang dituliskan dalam Alkitab adalah penyataan kehendak-Nya. “Diilhamkan” berarti “Dinafaskan”. Pengilhaman di sini bukan berarti Alkitab benar secara harfiah atau penyataan Allah adalah tulisan dalam Alkitab secara harfiah. Maksudnya semua kata-kata dalam Alkitab berasal dari Allah sendiri dan tanpa dipengaruhi oleh budaya, sifat, situasi, dan bahan yang dipergunakan oleh penulis itu. Sedangkan dalam kenyataannya, tiap kitab atau tulisan yang diilhamkan pada Alkitab memiliki karakteristik, tujuan penulisan,  dan penekanan yang khas. Menurut 2 Timotius 3:16, ada 3 pihak yang bekerja dalam penulisan kitab yang diilhamkan oleh Allah, yaitu Allah Bapa yang memberi penyataan, Roh Kudus yang menggerakkan dan menguasai penulis, dan penulis yang hidup dalam keadaan yang manusiawi yang menggunakan bahasa, konsep, atau budaya yang lazim diterima pada masa tersebut.

Kanonisasi Alkitab
Kata “Kanon” berasal dari kata “Kaneh” yang berarti “Buluh”, kemudian dipahami sebagai suat alat yang terbuat dari buluh, lalu akhirnya diartikan sebagai “Ukuran”. Yang dimaksud Kanonisasi Alkitab adalah proses penyeleksian atau pengukuran tulisan-tulisan para nabi apakah tulisan tersebut benar-benar firman Allah (pernyataan dari Allah) atau bukan. Pemilahan antara tulisan antara yang diilhami dengan yang tidak itu bertujuan untuk menentukan tulisan yang berotoritas sebagai dasar kepercayaan dan perilaku orang beriman. Roh Allah tidak hanya bekerja pada proses penulisan tetapi juga dalam pengenalan dan pengumpulan tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah.

Implikasi Alkitab dalam Kehidupan Sehari-hari
Implikasi Alkitab sebagai media penyataan Allah dalam kehidupan orang Kristen sehari-hari yaitu Pertama, Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan oleh Allah, jadi tidak boleh disamakan dengan tulisan-tulisan kuno lain, misalnya buku sejarah. Karena di dalamnya berisi penyataan Allah. Kedua, tulisan di dalam Alkitab secara harfiah tidak berkuasa, namun penyataan Allah yang di dalamnyalah yang memiliki makna ilahi. Bukan tulisannya, bukan kitab-kitabnya, ataupun Alkitabnya. Maka dari itu, sikap terhadap Alkitab tidak perlu berlebihan, misalnya memperlakukan Alkitab sebagai jimat. Ketiga, seluruh bagian dari Alkitab tidak boleh dikurangkan atau dilalaikan dan dianggap berotoritas rendah antara kitab satu dengan yang lain karena semua bagian kitab adalah yang diilhamkan oleh Allah. Jadi kita tidak boleh menganggap Injil Matius lebih rendah dari Injil Yohanes atau yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar