Agama
Kristen adalah agama penyataan
Agama Kristen disebut
sebagai agama penyataan karena agama ini didasarkan pada penyataan Allah
tentang diri-Nya, manusia dan hubungan antara Allah dengan manusia. Dalam agama
ini diyakini bahwa konsep mengenai Allah bukan berasal dari pemikiran manusia
sendiri karena kemampuan manusia terbatas.
Ada dua macam penyataan
yaitu penyataan secara umum dan penyataan secara khusus.
a. Penyataan
secara umum ialah penyataan Allah kepada semua manusia tanpa terkecuali. Allah
menciptakan manusia sedemikian rupa sehingga ada kesadaran religius dalam
dirinya. Lewat karya penciptaan, sejarah kehidupan manusia, dan hati nurani manusia
tersebut, manusia itu dapat menyadari adanya Allah dan membedakan yang baik dan
buruk. Namun kesadaran ini tidak dapat disebut sebagai pengenalan Allah yang
berarti manusia tak mungkin mengenal Allah dengan benar.
b. Manusia
membutuhkan pengenalan lain untuk mengenal Allah melalui penyataan khusus,
yaitu penyataan Allah secara khusus kepada manusia sejak manusia jatuh ke dalam
dosa, misalnya melalui hukum taurat, kesaksian para nabi, terutama lewat
anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus. Penyataan ini bisa diberikan dalam
bentuk lisan, tulisan, maupun penglihatan, terutama dapat dikenali melalui
kesaksian yang tertulis dalam Alkitab.
Perbedaan agama
Kristen sebagai agama penyataan dengan agama-agama non penyataan yaitu
pengenalan akan Allah namun hanya melalui penyataan yang berbentuk tulisan,
misalnya pada kitab suci dan dapat diterima dengan akal manusia. Sedangkan
dalam agama Kristen sebagai agama penyataan, karena yang utama dari
penyataan-penyataan Allah dalam agama Kristen dapat dikenali oleh Alkitab dan
melalui ciptaan-Nya serta tidak dapat diukur oleh akal manusia, karena
penyataan-penyataan itu melampaui akal manusia karena Allah memberi penyataan
yang tidak terbatas. Maka dari itu penyataan-penyataan Allah harus kita terima
dengan mata iman.
Proses
pengilhaman Alkitab
Alkitab disebut Firman Allah karena
segala yang dituliskan dalam Alkitab adalah penyataan kehendak-Nya.
“Diilhamkan” berarti “Dinafaskan”. Pengilhaman di sini bukan berarti Alkitab
benar secara harfiah atau penyataan Allah adalah tulisan dalam Alkitab secara
harfiah. Maksudnya semua kata-kata dalam Alkitab berasal dari Allah sendiri dan
tanpa dipengaruhi oleh budaya, sifat, situasi, dan bahan yang dipergunakan oleh
penulis itu. Sedangkan dalam kenyataannya, tiap kitab atau tulisan yang
diilhamkan pada Alkitab memiliki karakteristik, tujuan penulisan, dan penekanan yang khas. Menurut 2 Timotius
3:16, ada 3 pihak yang bekerja dalam penulisan kitab yang diilhamkan oleh
Allah, yaitu Allah Bapa yang memberi penyataan, Roh Kudus yang menggerakkan dan
menguasai penulis, dan penulis yang hidup dalam keadaan yang manusiawi yang
menggunakan bahasa, konsep, atau budaya yang lazim diterima pada masa tersebut.
Kanonisasi
Alkitab
Kata “Kanon” berasal dari kata
“Kaneh” yang berarti “Buluh”, kemudian dipahami sebagai suat alat yang terbuat
dari buluh, lalu akhirnya diartikan sebagai “Ukuran”. Yang dimaksud Kanonisasi
Alkitab adalah proses penyeleksian atau pengukuran tulisan-tulisan para nabi
apakah tulisan tersebut benar-benar firman Allah (pernyataan dari Allah) atau
bukan. Pemilahan antara tulisan antara yang diilhami dengan yang tidak itu
bertujuan untuk menentukan tulisan yang berotoritas sebagai dasar kepercayaan
dan perilaku orang beriman. Roh Allah tidak hanya bekerja pada proses penulisan
tetapi juga dalam pengenalan dan pengumpulan tulisan-tulisan yang diilhamkan
Allah.
Implikasi
Alkitab dalam Kehidupan Sehari-hari
Implikasi Alkitab sebagai media
penyataan Allah dalam kehidupan orang Kristen sehari-hari yaitu Pertama,
Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan oleh Allah, jadi tidak boleh disamakan
dengan tulisan-tulisan kuno lain, misalnya buku sejarah. Karena di dalamnya
berisi penyataan Allah. Kedua, tulisan di dalam Alkitab secara harfiah tidak
berkuasa, namun penyataan Allah yang di dalamnyalah yang memiliki makna ilahi.
Bukan tulisannya, bukan kitab-kitabnya, ataupun Alkitabnya. Maka dari itu,
sikap terhadap Alkitab tidak perlu berlebihan, misalnya memperlakukan Alkitab
sebagai jimat. Ketiga, seluruh bagian dari Alkitab tidak boleh dikurangkan atau
dilalaikan dan dianggap berotoritas rendah antara kitab satu dengan yang lain
karena semua bagian kitab adalah yang diilhamkan oleh Allah. Jadi kita tidak
boleh menganggap Injil Matius lebih rendah dari Injil Yohanes atau yang
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar