Kasus
Supri adalah seorang
siswa SMA yang sedang menggebu-gebu mencari pacar selayaknya remaja pria seusianya.
Maka dari itu dia memiliki beberapa kriteria yang harus ada pada gadis yang
ingin dimilikinya. Pertama, namun bukan yang utama adalah cantik dan
berpenampilan menarik. Hal ini dikarenakan karena menurutnya dan ibunya, ia
memiliki wajah yang sangat enak untuk dilihat sehingga dia berharap pacarnya
akan menutupi kekurangannya. Karena bagi Supri pacar adalah seseorang yang
dapat melengkapi dengan sempurna. Syarat kedua adalah memiliki suara yang
indah. Hal ini berfungsi untuk menutupi suara yang tidak sama sekali merdu dari
Supri. Yang terakhir diinginkan Supri adalah gadis impiannya itu adalah
kepintaran. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali membanggakan orang
tuanya lewat prestasi sekolah. Karena satu-satunya prestasi yang pernah
dicapainya hanya juara cover dance girlband Korea.
Akhirnya Supri bertemu
dengan Ningsih, temannya teman sekelasnya, sang juara olimpiade matematika
kelurahan Pintu Air, Jakarta. Ningsih juga sangat fashionable, maka dari itu
Supri merasa tertarik karena ternyata mereka memiliki selera yang sama dalam
bidang Fashion, meskipun ada perbedaan yang signifikan. Misalnya ketika Ningsih
hanya memakai kaos dan celana Jeans, ia terlihat seperti Agnes Monica,
sedangkan Supri terlihat seperti tukang ojek meskipun memakai jaket dari merk
terkenal.
Hari demi hari, Supri
pun mulai memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga lebih
atraktif di depan Ningsih. Atraktif di sini bukan berarti Supri berbicara
sambil menari tari piring atau tari cakalele dari Manado. Supri menjadi
menggunakan banyak bahasa tubuh yang interaktif dan menggunakan selipan bahasa
inggris meskipun terkadang terdengar sangat aneh. Contohnya saja ketika Supri
ingin menyemangati teman-teman seisi kelas untuk menghadapi ujian dengan
kalimat “Hi guys! Are you ready today?”
malahan terdengar seperti “Hi guys! Are you ready to die?”
Sampai akhirnya Supri
memberanikan diri untuk meng-SMS Ningsih. Awalnya Ningsih curiga. Karena setahu
Ningsih, Supri adalah seorang yang pendiam dan pemalu. Seiring berjalannya
waktu, muncullah getaran yang terasa dalam hati mereka yang biasanya dinamakan
cinta. Ningsih pun lama-lama tidak tahan karena hubungan mereka hanya masih
berstatus ‘teman di sms’. Akhirnya Supri mengambil inisiatif untuk mengajak
Ningsih ke Taman belakang sekolah. Singkat cerita, dengan terbata-bata Supri
mengatakan seluruh isi hatinya kepada Ningsih, yaitu Supri cinta padanya.
Dengan pipi yang merona, Ningsih pun menjawab “Ya”. Dan akhirnya they’re live
hapilly ever after.
Di akhir semester 1,
Supri akhirnya dapat menjajaki posisi 5 dalam 5 besar dalam ranking di
kelasnya. Dan Ningsih tetap menjadi Juara 1 di kelasnya. Suara Supri pun
menjadi agak lumayan saat ia tampil di pentas seni sekolahnya, karena sering
dilatih oleh Ningsih.
Teori
“We tend to be most
attracted to those people who have similar values, interest, and attitudes”
Caspi & Herbener, 1990; Feingold, 1988
“It’s often more
flattering and attractive to be liked by someone who holds opposite values and
opinions than by someone who holds similar ones” Jones, Bell, & Aronson,
1971
Analisis
Kasus berdasarkan Teori
Kasus Andika tersebut
terbukti dengan kedua teori tersebut. Teori pertama yang mengatakan bahwa kita
cenderung lebih tertarik kepada orang yang memiliki nilai, ketertarikan, dan
sikap yang sama dengan hal tertentu terbukti pada kasus Supri yaitu, Supri
tertarik dengan Ningsih yang Fashionable karena Supri juga menyukai bidang
Fashion. Dan juga teori kedua yang menyatakan bahwa kita lebih sering merayu
dan atraktif untuk disukai oleh seseorang yang memiliki nilai dan opini
daripada yang memiliki nilai yang sama. Karena kita cenderung mencari seseorang
yang dapat melengkapi diri kita. Seperti kasus Supri, ia melalukan sesuatu yang
tidak pernah ia lakukan seperti menggunakan bahasa tubuh, berbicara dengan
selipan kata bahasa inggris, ataupun meng-SMS seseorang duluan demi Ningsih,
orang yang dapat mengalihkan dunianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar